ANALISA FILM : DOOR
TO DOOR (2002)
SINOPSIS FILM
Cerita ini diangkat berdasarkan kisah nyata. Bill Porter adalah tokoh utama dalam film ini. Diceritakan Bill mengidap penyakit cerebral palsy yang dideritanya sejak lahir,
mengakibatkan dirinya mengalami kesulitan dalam berbicara, berjalan, maupun
menggerakkan beberapa anggota tubuhnya seperti tangan kanannya. Pada bulan
Oktober tahun 1955, Bill yang tinggal bersama ibunya mulai mencari pekerjaan. Ketika
melamar di perusahaan Watkins, Bill ditolak karena kekurangannya. Lalu ia
teringat perkataan ibunya “Patience and
Persistence” yang artinya sabar dan tekun. Akhirnya ia kembali melamar dan
meminta daerah dimana tidak ada salesman yang mau.
Ketika awal-awal pekerjaannya sebagai salesman berjalan, banyak sekali kesulitan-kesulitan yang ia lalui, mulai dari penolakan secara tidak langsung sampai penolakan yang langsung. Ia pun sempat dihina dan direndahkan, tetapi ibunya membela karena cinta kasihnya kepada Bill. Perlahan-lahan ia mulai mengganti pendekatan dengan lebih memahami pelanggannya, alhasil ia pun milai diterima. Masalah datang silih berganti, ibunya mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Bukan hanya itu saja, tulang punggung Bill mengalami gangguan yang menyebabkan ia tidak boleh membawa barang yang berat. Lalu ia memutuskan untuk mempekerjakan orang untuk mengantar produk-produknya. Itulah awal dari pertemuannya dengan Shelly, sang penyelamat hidupnya. Bill juga bertemu dengan Gladys, seorang pelanggan tetapnya yang jatuh hati pada Bill. Akibat "Patience and Persistence" Bill pun berhasil menjadi Salesman of the Year.
Kini
Watkins tidak lagi dipimpin oleh Mr. Chuck karena ia telah pensiun, dan
digantikan oleh Peter. Selama kepemimpinan Peter, perusahaan Watkins banyak
melakukan perubahan dan pengembangan, sehingga divisi door-to-door sudah hampir
di tutup. Bill tidak bekerja lagi dan pensiun, ia sempat bertengkar dengan
Shelly karena Bill tidak ingin di kasihani, ia ingin tetap mandiri. Suatu
malam, ia bertemu dengan Joey seorang wartawan yang dulu sempat takut melihat
Bill. Joey mempopulerkan nama Bill Porter lewat tulisannya dalam surat kabar.
Suatu
hari Bill ingin kembali bekerja sebagai salesman door-to-door namun Peter
menolaknya, namun setelah mengetahui bahwa Bill diberitakan dalam surat kabar,
maka ia menerima Bill bekerja kembali sebagai salesman door-to-door dan Shelly
kembali menjadi asisten part-time untuk Bill.
ANALISA
Film ini mengandung nilai-nilai
kehidupan yang sangat tinggi, dimana seorang individu jika ingin berhasil dalam
pekerjaannya harus sabar dan tekun. Film ini sangat layak menjadi
inspirasi bagi kita yang seringkali mengeluh akan kekurangan dan ketidakmampuan
untuk menghadapi problematika kehidupan terutama dalam dunia kerja. Dalam film
ini, kita dapat mengetahui bahwa Bill adalah sosok intrapreneur , meskipun ia
bukan seorang pengusaha atau pemimpin dari pekerjaannya, namun ia menunjukkan
jiwa intraprenuer dalam pekerjaannya. Princhott (1985) mendefinisikan seorang
intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan
yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan
yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar
sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan
(Dalam Budiharjo, 2011:152). Bill merupakan sosok intrapreneur karena ia adalah
sosok yang pantang menyerah dan selalu mencari jalan keluar atas masalah yang
ia hadapi dalam pekerjaannya terutama adalah kekurangan yang dimilikinya, ia
berusaha tidak menjadikan kekurangan itu sebagai penghambat dirinya dalam
meraih apa yang menjadi tujuannya dalam bekerja. Terbukti, karena hal inilah
Bill berhasil meraih penghargaan dalam karirnya. Selain itu, Bill juga orang
yang sangat menerima perubahaan yang ada, baik pada kehidupannya dan juga
organisasi atau pekerjaannya.
Seorang intreprenuer tentunya harus
memiliki “pendorong” yang harus berkorelasi positif dengan inovasi dan
kreatifitasnya. Di dalam film ini, faktor pendorong yang paling signifikan yang
selalu mendukung Bill adalah Ibunya, meskipun sudah tua dan memiliki anak yang
kekurangan, ia sangat setia menemani hari-hari Bill bekerja dalam masa
sulitnya. Itulah kenapa Bill mengalami masa-masa sulitnya saat dan setelah
ibunya meninggal, karena dari awal Bill mencari pekerjaan sampai mendapatkan
pekerjaan, ibunyalah yang selalu mendukungnya dan meyakinkannya bahwa ia pasti
bisa melewati itu semua dengan baik. Selain itu, tidak dipungkiti juga bahwa
Bill mendapatkan dukungan dari organisasinya terutama saat ia berhasil
mendapatkan reward dari tempat kerjanya. Selain faktor external, salah satu
faktor dari dalam diri yang dimiliki oleh Bill adalah ia memiliki locus of
control yang baik. Julian Rotter (1954) mengatakan seorang intraprenuer cenderung
memiliki internal locus of control yang kuat dan sangat percaya pada kemampuan
mereka sendiri untuk mengontrol konsekuensi
dari upaya dan usaha mereka dengan mempengaruhi perkembangan sosial ekonomi
mereka sendiri untuk mencapai keberuntungan. Jadi, ia yakin dan berhasil dalam mempresepsikan
bahwa dirinya dapat sukses melalukan suatu hal yang menjadi tujuannya.
SUMBER
1. Ng,
Johnson. (2016). Resensi film door to door (2002). Retrieved from http://johnsonproco.blogspot.co.id/2016/02/resensi-film-door-to-door-2002.html
2. (2016).
Resensi film “door to door” (2002). Retrieved from https://viviregina.wordpress.com/2016/01/31/resensi-film-door-to-door-2002/
3. Herning, Raisya. (2013). Entrepreneur vs intrapreneur. Retrieved from http://tribiznetwork.com/m/blogpost?id=6620194%3ABlogPost%3A2999
Komentar
Posting Komentar