Langsung ke konten utama

PENGANTAR PSIKOLOGI BISNIS

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN SELF-ENGAGEMENT DAN WORK PERFORMANCE

Setelah membahas tentang peranan Psychological Capital dalam pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi, artikel kali ini akan membahas tentang hubungan PsyCap dengan self-engagement serta kaitannya dengan work performance karyawan.

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN SELF-ENGAGEMENT
Psychological Capital dapat kita artikan sebagai kondisi psikologis yang positif dari perkembangan individu dengan meliputi karakteristik yang sudah disebutkan pada pembahasan psychological capital sebelumnya. Individu dengan tingkat psychological capital yang tinggi membuat individu tersebut menjadi fleksibel dan adaptif dalam bertindak dengan kapasitas yang berbeda dalam memenuhi tuntan yang dinamis. Sedangkan Work Engagement adalah kondisi hubungan kerja yang positif dan memuaskan dari individu yang tentu saja berdasarkan karakteristik-karakteristik yang ada. Work engagement juga diartikan sebagai suatu kondisi dan keadaan pikiran yang positif terhaap sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan dan pemenuhan diri yang memiliki karakteristik semangat, dedikasi dan absorbsi (Schaufeli dkk, 2006, h. 195). Tentu saja work engagement harus dimiliki oleh setiap orang karena seseorang karyawan yang memiliki work engagement lah yang dibutuhkan oleh perusahaan.
                Hasil studi mengatakan, terdapat hubungan yang positif antara psychological capital dengan work engagement atau self-engagement. Dimana artinya adalah, semakin tinggi tingkat psychological capital seseorang karyawan maka akan semakin tinggi pula tingkat self-engagement nya pada pekerjaan atau perusahaan. Begitu pula kejadian kalau sebaliknya, jika tingkat psychological capital seseorang itu rendah maka akan semakin rendah pula tingkat self-engagement nya.
                Karakteristik dari Psychology Capital seperti Self Efficacy, Hope, Optimism dan Resilience yang menjadi penentu tinggi atau rendahnya tingkat psychological capital karyawan. Jika tingkat Hope seorang karyawan diikuti sejajar dengan tingkat Optimism dan Self-Efficacy yang tinggi, maka itu sudah 80% menjawab bahwa tingkat PsyCap karyawan tersebut tinggi. Maka, ini jugalah yang menentukan apakah dia memiliki tingkat self-engagement yang tinggi atau tidak.

KAITAN HUBUNGAN PSYCAP DAN SELF-ENGAGEMENT DENGAN WORK PERFORMANCE
                Jika kita sudah mengetahui bahwa PsyCap berhubungan positif dengan Self-Engagement, maka selanjutnya kita akan mengetahui apa keterkaitan antara hubungan keduanya dengan Work Performance.
Hasil gambar untuk work performanceWork Performance adalah suatu hasil yang dicapai oleh seorang keryawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif (Lawler in As’ad, 1991). Selain itu, dapat diartikan juga work performance sebagai prestasi kerja atau kinerja kerja yang merupakan hasil sejauh mana seorang karyawan atau anggota organisasi telah melakukan pekerjaannya. Menurut Zeitz (Baron & Bryne, 1994) prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu faktor perusahaan dan personal. Jika dihubungkan dengan materi sebelumnya yaitu PsyCap dan Self-Engagement, dapat kita ketahui bahwa kedua variabel tersebut masuk kedalam faktor personal karyawan yang mendukungnya mencapai work performance. Tentu saja, kesuksesan seseorang dalam mencapai psychological capital dan self-engagement yang tinggi maka akan berpengaruh juga terhadap kinerja kerjanya di perusahaan atau organisasi. Contohnya, jika seseorang mencapai optimism yang tinggi dan diikuti dengan self-engagement dalam pekerjaan, maka seorang karyawan akan mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik. Namun, jika seseorang tidak dapat mencapai itu maka ia akan merasa terbebani dengan pekerjaannya dan tidak akan mencapai work performance yang baik dalam organisasi. 

Sumber :
  1. Mujiasih, E., Prihatsanti, U., Nugroho, D, A. Hubungan antara psychological capital dengan work engagement pada karyawan PT. Bank Mega regional area semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUSINESS PSYCHOLOGY

Berikut adalah ulasan butir-butir soal Ujian Tengah Semester Psikologi Bisnis III 1.       Yang termasuk Organizational Capital dalam Business Psychology Framework 2019 (new version) adalah: ·          Leadership & Management Style ·          Knowledge Management & Organizational Culture ·          Strategic Intent ·          Infrastructure & Managament Technology 2.       Yang termasuk Human Capital dalam Business Psychology Framework 2019 (new version) adalah: ·          Individual Competencies ·          Teamship Competencies ·          Organizational Competencies ·          Societ...

PENGANTAR PSIKOLOGI BISNIS

PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN PERANNYA DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI ORGANISASI. Artikel kali ini akan memaparkan informasi mengenai pengertian Psychological Capital serta peranannya dalam usaha pengembangan sumber daya manusia di industri dan organisasi.  Psychological Capital dikemukakan oleh Prof. Fred Luthans dalam bukunya yang berjudul “Psychological Capital: Developing the Human Competitive Edge”. Fred Luthans merupakan seorang Professor Management di University of Nebraska. Konsep psychological capital menggabungkan human capital dan social capital untuk memperoleh keuntungan kompetitif melalui investasi atau pengembangan “who you are” and “what you can become” (Luthans & Avolio, 2003; Jensen & Luthan, 2006; Luthans, dkk., 2007). Menurut Luthans, Psychological Capital adalah kondisi perkembangan positif seseorang dengan ciri-ciri atau karakteristik: (1) memiliki kepercayaan diri ( self efficacy ) untuk menghadapi tugas-tugas yang menantang ...

PENGANTAR PSIKOLOGI BISNIS

PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN KAITANNYA DENGAN TEORI LAIN 1.       Psychological Capital Salah satu bentuk psikologi positif adalah Psychological Capital (PsyCap) atau modal psikologis. Menurut Luthans, et al. (2007), PsyCap adalah hal positif pada individu yang ditandai oleh self efficacy , optimism , hope , dan r esilience . PsyCap ini sangat penting bagi seorang karyawan, karena dalam melaksanakan pekerjaannya, tentunya ia tidak akan lepas dari masalah individual yang dapat berakibat negatif pada pekerjaannya. 2.       Adversity Quotient (AQ) Stoltz memperkenalkan konsep Adversity Quotient (AQ), dimana seseorang dapat diukur kemampuannya dalam menghadapi masalah atau persoalan hidup. Adversity Quotient adalah bentuk kecerdasan selain IQ, SQ, dan EQ yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan. AQ dapat dipandang sebagai ilmu yang menganalisis kegigihan manusia dalam menghadapi setiap tantangan sehari-harinya. Definisi AQ menurut ...